Apa Itu Litopedion?

Litopedion (Bahasa Yunani: lito berarti batu dan pedium artinya anak) adalah fenomena langka ketika ibu bayi mengalami kehamilan intraabdominal. Bayi meninggal dunia pada kehamilan tujuh bulan dan tidak ada jalan keluar karena posisi bayi di dalam rongga perut.

Kondisi ini, pertama kali dideskripsikan oleh Albucasis pada abad ke-10, tetapi lebih sedikit dari 300 kasus telah tercatat dalam kurun waktu 400 tahun. Litopedion terawal ditemukan pada penggalian arkeologi berusia 1100 SM.

Ada beberapa kasus yang mendukung hal tersebut, di antaranya:

Dominika
Janin yang dikandung oleh seorang ibu harusnya dikeluarkan dari dalam tubuh. Tapi perempuan asal Dominika tidak mengetahui keberadaan janin di dalam perutnya, setelah 30 tahun janin tersebut sudah menjadi mumi.Seorang perempuan berusia 59 tahun dari Republik Dominika telah menderita sakit perut yang parah selama beberapa dekade, tapi saat itu tidak ada yang tahu apa penyebab pastinya. Setelah melakukan pemeriksaan X-ray ternyata diketahui bahwa tanpa sadar perempuan tersebut memiliki janin yang sudah mati dan membatu di dalam perutnya selama paling sedikit 30 tahun. Sisa-sisa mumi janin tersebut dikeluarkan dan diketahui memiliki berat 1,686 kg. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang pejabat kesehatan Dominika. "Perempuan tersebut mengungkapkan bahwa pengalamannya selama sakit panjang ini tidak pernah mendapat perhatian medis yang memadai," ujar Miladys Roman, kepala dokter kandungan dari Luis Eduardo Aybar Hospital di Santo Domingo, seperti dikutip dari Foxnews, Jumat (1/4/2011). Tapi minggu ini ia datang ke rumah sakit umum dengan keluhan rasa sakit yang hebat di daerah perutnya dan saat itulah diketahui ia memiliki janin yang membatu atau anak batu yang kemungkinan berasal dari usia kehamilan 3-5 bulan. Perempuan tersebut mengaku terkejut dengan apa yang ditemukan dokter dalam perutnya. Ia mengaku kaget saat diberitahu mengalami kehamilan yang begitu lama dan ia tidak pernah menyadari bahwa perutnya membesar.

Sepuluh tahun sebelumnya, di Meksiko ditemukan perempuan 86 tahun yang dirawat di rumah sakit karena memiliki keluhan pencernaan, ternyata diketahui mengandung mumi janin dalam perutnya selama kurang lebih 60 tahun. Selain itu pada tahun 1996 dokter juga menemukan janin yang sudah mati di dalam perut perempuan Brazil selama 15 tahun. Mumi janin atau janin yang membatu ini memang jarang terjadi, tapi beberapa kasus ditemukan oleh dokter. Dalam istilah medis kondisi ini disebut dengan Lithopedion yang telah dikenal sejak tahun 1557.

Dalam laporan yang dimuat Illinois Medical Journal diketahui bahwa Lithopedion adalah janin batu yang dihasilkan dari kehamilan usia 3-4 bulan. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh kehamilan ektopik atau hamil di luar rahim. Pada kehamilan ektopik janin akan melekat di saluran telur dan kemudian tumbuh yang menyebakan beberapa bagian jatuh ke dalam rongga perut. Secara bertahap janin di dalam rongga perut ini akan mengalami pengerasan.

Janin Membatu Selama 24 Tahun Dalam Kandungan
Palembang, Jumat, 24 April 2009 pukul 04:15:00. Bukan hanya tim dokter yang dibuat terkejut, namun sejumlah warga Kota Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel), ikut kaget dan mengaku terheran-heran atas temuan fakta adanya janin bayi yang membatu dan bertahan di dalam perut ibunya selama sekitar 24 tahun. "Apa benar itu bayi yang membatu ya," tanya Marni, salah satu warga Palembang, Kamis.Keheranan serupa diungkapkan sejumlah warga, terutama kaum ibu dan wanita di Palembang atas temuan hasil operasi tim dokter di salah satu RS di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumsel, Rabu (22/4). Sejumlah wanita dan ibu-ibu masih membicarakan penemuan tim dokter yang dinilai sangat langka itu, serata menyatakan keheranan mereka. Apalagi di media massa setempat, selain mendapatkan informasi detail tentang temuan tersebut, diperlihatkan pula gambar (foto) janin yang membatu dimaksud. Beberapa wanita mengaku selain terkejut, juga menjadi ngeri melihat gambar dan kejadian seperti itu. Pada Rabu, usai operasi untuk mengeluarkan tumor jinak (mioma uteri) dalam perut/rahim pasiennya, tim dokter dikejutkan mendapati adanya janin bayi yang sudah membatu dalam rongga perut Ny Painah (48), si ibu, saat operasi pengangkatan mioma uteri yang dilakukan tim dokter dipimpin dr H Hafiz Usman SpoG di RS dr Noesmir Baturaja. Bayi yang telah membatu--seperti fosil--dengan berat sekitar 300-400 gram dan panjang sekitar 14 cm itu, menurut keluarga Painah telah berada di perut ibunya selama 24 tahun. Saat itu, Painah hamil dan telah memasuki bulan ketujuh. Namun setelah acara tujuh bulanan, bayi di perutnya dirasakan hilang dengan perutnya yang berangsur mengecil seperti sudah melahirkan. Menurut dokter yang mengoperasinya, kasus janin bayi membatu itu dalam istilah medis disebut "Litopedium" (anak yang membatu), dan dilaporkan baru pertama kali terjadi di OKU.

Penyebabnya adalah karena ibu bayi mengalami kehamilan intraabdominal (ekstra utrin). Diperkirakan bayi meninggal dunia pada kehamilan tujuh bulan namun tidak ada jalan keluar untuk lahir akibat posisi bayi di dalam rongga perut atau berada di luar rahim.

Pendarahan yang dialami calon ibu pada trimester pertama bisa terjadi pada kehamilan di luar rahim (ektopik). Kondisi ini akibat telur yang telah dibuahi tidak masuk dan tertanam di dalam rahim, melainkan berada di luar rahim. 

Berikut ini calon ibu yang beresiko mengalami kehamilan di luar rahim:
1. Perempuan usia 35-45 tahun, pernah hamil di luar rahim.
2. Perempuan yang pernah dioperasi saluran telur.
3. Perempuan yang pernah aborsi berulang.
4. Perempuan yang pernah mengalami problem infertilitas atau pengobatan untuk merangsang keluarnya sel telur dari indung telur.
5. Perempuan yang menderita infeksi penggul ataupun menderita TB (tuberkulosis).

Penyebab
Nyaris 95% kehamilan di luar rahim terjadi di saluran telur. Mayoritas disebabkan oleh terhambatnya perjalanan telur yang sudah dibuahi untuk melewati saluran telur menuju rahim. Hambatan itu bisa terjadi karena adanya bekas luka akibat beberapa sebab. Bisa saja ibu hamil pernah terinfeksi, sehingga bagian tersebut terkena penyempitan. Atau, adanya luka akibat operasi yang pernah dilakukan pada saluran telur. Bekas luka operasi ini bisa menjadi biang masalah saluran telur menjadi lengket atau menutup. Kehamilan di luar rahim ini juga disebabkan adanya endometriosis (jaringan yang mirip lapisan rahim yang ada di luar rahim) atau karena adanya kelainan bentuk dari saluran. Semisal, saluran sejak awal terpelintir.

Gejala kehamilan ektopik ini jarang diketahui sejak dini, jika tidak dilakukan pemeriksan perabaan di awal kehamilan. Sebab, tanda awal kehamilan di luar rahim ini serupa dengan tanda-tanda awal kehamilan biasa. Antara lain, berhentinya haid. Namun, yang bisa menjadi pembeda adalah kehamilan di luar rahim ini kerap menimbulkan rasa nyeri. Nyeri ini biasanya terasa tajam dan sulit hilang. Nyeri ini akibat desak-desakan di saluran telur dan sekitarnya. Saluran telur yang sempit ini memang bukan tempat penyemaian janin, sehingga janin gagal tumbuh normal. Apalagi organ-organ di sekitar saluran telur yang ikut terdesak, memicu rasa nyeri pada sang ibu. Sekitar panggul dan perut biasanya menjadi daerah yang diserang rasa nyeri ini akibat peritonium (lapisan dalam perut) oleh pendarahan. Gangguan saluran pencernaan juga kerap muncul dibarengi kepala pusing dan penglihatan berkunang-kunang.

Gejala lain adalah pendarahan dari vagina akibat robekan pada dinding saluran telur yang tipis akibat didesak oleh perkembangan janin. Jika ini terjadi, sang ibu dalam keadaan gawat darurat. Untuk mengatasinya perlu dioperasi untuk menghentikan pendarahan.

Deteksi
Agar hal ini tak terjadi, pada pemeriksaan kehamilan pertama perlu diketahui apakah kehamilan ada di tempat yang seharusnya, yakni di rahim. Jika dokter mencurigai adanya kehamilan di luar kandungan, panggul akan diperiksa untuk menentukan pusat rasa sakit serta meraba adanya benda padat di perut. Kelainan ini bisa dipastikan dari pemeriksaan laboratorium yakni pengukuran hCG. Sebab pada kehamilan normal, kadar hormon kehamilan biasanya meningkat dua kali lipat setiap dua hari dalam sepuluh minggu pertama. Namun, pada kehamilan di luar rahim, peningkatan ini biasanya sangat rendah. Lewat USG, kelainan ini juga dapat dideteksi.

Jika dideteksi terjadi kehamilan di luar rahim, dokter akan mengambil tindakan operasi untuk mengeluarkan janin yang tumbuh di luar rahim tersebut.

No comments:

Post a Comment